Membaca Strategi Politik Jokowi - Jalosi.net | Jalur Otoritas Informasi

Breaking

Home Top Ad

Post Top Ad

Senin, 07 Mei 2018

Membaca Strategi Politik Jokowi

Bandung, jalosi.net - Sebelum Koh Ahok dijadikan tersangka dalam kasus penodaan agama, saya sudah mencoba untuk memperingatkan Pak Jokowi melalui medsos agar Pak Jokowi tidak gentar menghadapi tekanan massa. Jangan sampai para loyalisnya sendiri seperti Koh Ahok menjadi korban dari ketidak tegasan Pak Jokowi dalam menghadapi kelompok radikalis Islam. Tak lama kemudian ternyata Koh Ahok menjadi korban beneran, dengan ditetapkannya Koh Ahok sebagai tersangka. 

Saya waktu itu sangat kesal dan marah, ngedumel sendiri tanpa siapapun ketahui, tapi kemudian saya mencoba untuk merenung sejenak dan berusaha berpikir positif pada Pak Jokowi. Saya berpikir sangat bisa jadi jika Pak Jokowi saat itu mencoba melawan arus, maka Pak Jokowi akan terjungkal pula saat itu juga. Dan nyatanya dengan strategi politik Pak Jokowi yang membiarkan persoalan Koh Ahok ditangani melui jalur hukum tanpa intervensinya, alhamdulillah sampai saat ini Pak Jokowi masih bisa bertahan, terlepas ada rasa luka di hati kita yang melihat Koh Ahok tercabik-cabik dimangsa lawan-lawan politiknya. Namun jika jalan itu tak ditempuh Pak Jokowi, maka mungkin kita akan menyaksikan dua orang baik (Koh Ahok dan Pak Jokowi) akan tersungkur sekaligus.

Politik itu memang rumit dan hanya para pelakunya yang lebih bisa memahaminya. Apa yang kita ketahui tentang situasi politik yang sesungguhnya, tentulah tidak utuh dibanding para pelakunya yang bisa mengetahui keadaan yang sebenarnya di depan dan di belakang layar dan bagaimana cara menanganinya.

Jujur saja, sebelum Pak Jokowi terpilih sebagai Presiden, saya sangat cemas dan agak ragu, apa benar Pak Jokowi jika terpilih sebagai Presiden 2014 akan dapat bertahan sampai akhir jabatannya? Jangan-jangan baru dalam hitungan bulan Pak Jokowi akan jatuh, mengingat lawan-lawan politiknya terdiri dari gabungan parpol-parpol besar dan rata-rata orang kaya raya dan bermasalah. Banyak koruptor-koruptor kakap yang bergabung disana dan yang akhirnya banyak dari mereka yang terbukti masuk penjara karena kasus korupsi besar. Pak Jokowi bukanlah Gus Dur yang mempunyai jutaan pengikut fanatik, mempunyai legitimasi kultur keislaman yang kuat dan memimpin partai besar. Pak Jokowi juga bukan keturunan darah biru atau ningrat yang sangat dikenal seperti Gus Dur atau Megawati. Pak Jokowi juga tidak memiliki basis akar Organisasi Massa yang besar seperti NU atau Muhammadiyah. Pak Jokowi itu anak orang miskin, ndeso, tidak dikenal sebagai kaum intelektual atau politisi papan atas, tapi politisi daerah yang berawal dari tukang meubel. Tukang kusen, tukang pasang daun jendela dan teralisnya. 

Namun karena hati nurani saya menyaksikan bahwa Pak Jokowi itu orang baik dan jujur serta cakap bekerja, dengan bukti kesuksesannya saat memimpin Kota Solo dan DKI Jakarta, saya membulatkan tekad untuk mendukung beliau dengan seluruh kemampuan yang saya punyai. Saya sejak saat itu berjanji, saya akan all out mendukungnya dan menutupi berbagai kelemahannya --meski tanpa dibayar-- untuk menghadapi lawan-lawan politiknya yang banyak bermasalah itu. Bagi saya saat itu, meski Pak Jokowi kelihatannya gak pinter-pinter amat, tapi karena beliau saya anggap sebagai orang jujur dan baik serta cakap bekerja, maka beliaulah yang bisa menjadi harapan bagi orang-orang seperti saya untuk memulai memperbaiki keadaan bangsa atau negara.

Lalu apa hasilnya? Jauh diluar dugaan saya, ternyata Pak Jokowi ini pekerja tangguh, jangkauan reformasi ekonominya sangat jauh dan luas. Para pemimpin negeri ini yang sebelumnya hanya fokus membangun di Jawa dan itupun banyak yang gak beres, tapi tidak dengan Jokowi, beliau membangun infrastruktur hingga di pelosok-pelosok negeri yang selama ini nama daerahnya saja tak dapat kita hafal apalagi sampai berpikir mau membangun infrastruktur disana. Pak Jokowi ternyata juga sanggup bertahan dari serangan-serangan politik brutal, terparah sepanjang sejarah sejak Indonesia merdeka, meski serangannya kali ini tidak menggunakan senjata, namun melalui serangan-serangan fitnah, caci maki dengan berbagai kemasan bela agama. Siapapun yang melek politik sangat tau, bahwa jutaan orang yang menyemut di Jakarta dulu bukan hanya ingin menyerang Koh Ahok, tapi ujungnya adalah ingin mendongkel kekuasaan Pak Jokowi. Koh Ahok itu hanyalah sasaran antara, sedangkan sasaran utamanya adalah Pak Jokowi, dan ternyata beliau alhamdulillah masih bisa bertahan sampai sekarang.

Dari apa yang saya jelaskan di atas, saya ingin sekali mengingatkan pada seluruh sahabat-sahabat perjuangan saya disini, agar tetap semangat mendukung orang-orang baik seperti Pak Jokowi. Lakukan sesuatu untuk membela dan melindunginya meski kita tak mendapatkan apa-apa darinya. Hal kedua yang ingin saya ingatkan pada sahabat-sahabat perjuangan saya juga, jangan pernah sekali-kali melupakan jasa Koh Ahok yang telah mempersembahkan hidupnya untuk menjadi teladan yang baik dalam melawan para bajingan negara dengan keberanian dan kecerdasannya. Berilah selalu penghormatan bagi Koh Ahok dengan cara-cara yang dapat kita lakukan, dan munculkan kembali Koh Ahok manakala keadaan sudah cukup memungkinkan. Jangan pernah tinggalkan orang-orang baik agar kita selamat dunia-akhirat. Salam juang. (R/jalosi)

Sumber: Saiful Huda Ems, Penulis dan Advokat) 
Bandung, 4 Mei 2018.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Bottom Ad