Jakarta, jalosi.net - Sejumlah Tokoh Aceh yang tergabung dalam Gerakan Masyarakat Aceh Serantau (GEMES) memberikan dukungan kepada Calon Presiden dan Cawapres Prabowo-Sandi.
Deklarasi yang diisi dengan diskusi bertema “Memenangkan hati dan Ekonomi Masyarakat Aceh melalui Pemenangan Prabowo-Sandi pada Pilpres 2019" ini disampaikan di Seknas Prabowo-Sandi Jalan HOS Cokroaminoto No. 93, Menteng Jakarta Pusat dan dihadiri ratusan warga Aceh yang datang dari wilayah Jabodetabek.
Para tokoh Aceh yang hadir yaitu Prof. Dr. Nazaruddin Sjamsuddin, MA, akademisi, dan mantan Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU), Tengku Ansufri Idrus Sambo (Ustadz Sambo), Dr. Hilmi Bakar, pakar ekonomi dan pakar islam kontemporer, Mayjend (Purn) TNI Soenarko, mantan Danjen Kopassus, dan akademisi DR. TB. Massa Djafar.
“Satu juta warga Aceh yang berada di Jabodetabek siap untuk memenangkan pasangan Prabowo-Sandi pada Pilpres Rabu 17 April 2019. Di luar negeri, di Malaysia, New York, Timur Tengah dan negara lain, kami siap galang untuk memenangkan Prabowo-Sandi,” ujar Ketua GEMES, Tengku Sanusi Maulana, di Jakarta, Minggu (17/3/2019).
Tengku Maulana menjelaskan, kalau masyarakat Aceh sudah menyatakan sikap berarti negara dalam keadaan yang memprihatinkan. Perbaikan kondisi negara dalam seluruh aspek kehidupan ini hanya dimungkinkan jika Prabowo-Sandi memimpin Indonesia.
GEMES mengakui perjalanan Republik Indonesia dalam usia 70 Tahun, banyak kemajuan yang sudah kita capai. Namun dibandingkan dengan kemajuan yang telah dicapai oleh negara-negara dunia ketiga, seperti Korea Selatan, Malaysia, Singapura, Thailand belum sebanding. Mengingat kekayaan sumber daya bumi nusantara ini sangat melimpah. Mestinya Indonesia bisa lebih maju berbanding negara-negara lain.
Tengku Maulana mengatakan, kendala yang menghadang, sebagai kendala percepatan pembangunan yang meliputi bidang sosial ekonomi, politik pemerintahan, mental ideologi, kebudayaan, pertahanan keamanan dan Ilmu Pengetahuan Teknolgi, diperlukan seorang pemimpin, Presiden yang memiliki leadership yang visioner, berintegritas, memiliki kapasitas, komitmen kebangsaan, patriotik, berani mengambil keputusan, melindungi rakyat, bumi dan tumpah air, adalah kunci dari keberhasilan pembangunan Indonesia ke depan yang lebih adil dan sejahtera.
Dalam upaya mewujudkan cita-cita luhur itu serta dalam upaya memperkuat fondasi pembangunan bangsa Indonesia, GEMES menyampaikan pemikiran dan aspirasi sebagai dasar pemberian dukungan kepada calon presiden dan wakil presiden Prabowo-Sandi agar memberikan perhatian kepada beberapa masalah sebagai berikut.
Pertama, meletakkan nilai dasar pembangunan secara konsisten dan berkesinambungan yang menguatkan aspek spiritual dan material sebagai pengamalan Pancasila dan UUD 1945. Tidak memojokkan, mempertentangkan Islam dan Negara, serta menempatkan ulama sebagai rujukan dalam kebijakan pembangunan nasional.
Kedua, karena itu, politik akomodasi dan adopsi nilai-nilai syariah islam dalam pelembagaan dan program pembangun dimaknai dari kacamata positif, berkeadilan dengan sasaran penguatan fondasi sosial, ekonomi dan budaya sebagai basis nilai integrasi nasional.
Ketiga, secara kontinyu dan konsisten, bahwa Konsensus dan pelembagaan politik UU Pemerintah Aceh dijadikan sebagai modal bangsa merawat integrasi nasional, bukan sebaliknya secara sistematik memperlemah implementasi UU Pemerintah Aceh.
Keempat, pembangunan ekonomi, kebijakan strategis yang harus ditempuh pemerintah Prabowo Sandi, adanya upaya serius, redistribusi aset ekonomi kepada pelaku ekonomi pribumi dan sosial menengah bawah sebagai kunci pemerataan pembangunan ekonomi penyerapan lapangan kerja serta dunia usaha, baik level nasional, maupun aceh pada khususnya.
Kelima, dalam upaya memperkuat kepemimpinan nasional dan integrasi bangsa, dalam rekrutmen politik dan pejabat publik mempertimbangkan aspek keterwakilan dengan menempatkan putra-putra aceh terbaik, kompeten, kapabel dan berintegritas.
Keenam, dalam rangka memperkuat pertahanan negara, kedaulatan Indonesia, menanamkan disiplin nasional, semangat patriotisme agar diberlakukan wajib militer - bela negara. Bisa dimulai dari Daerah Nanggroe Aceh Darussalam, sebagai daerah modal guna memperkuat kehormatan bangsa.
Berdasarkan pemikiran dan aspirasi tersebut, Ketua GEMES Tengku Maulana menitipkan pemikiran dan aspirasi kepada pemerintahan Prabowo Sandi, tanpa mendahului taqdir Allah :
Pertama, kami berkeyakinan bahwa pasangan Prabowo-Sandi mampu dan mempunyai komitmen besar untuk merealisasikan pemikiran dan aspirasi tersebut.
Kedua, sehubungan hal itu, dengan mengharapkan rahmat dan ridho Allah Swt, kami dengan sepenuh hati mendukung dan bekerja keras bersama segenap masyarakat Aceh serantau untuk memenangkan Prabowo Sandi terpilih menjadi Presiden dan Wakil Presiden periode 2019-2024.
Pada kesempatan itu, Prof. Nazarudin mengkritik kebijakan pemerintah pusat yang selama 70 tahun ini tidak membangun Aceh secara utuh. Dia menilai Aceh itu ada 3 bagian, wilayah Pesisir Timur, Pesisir Barat dan Aceh Pedalaman.
“Selama 70 tahun pembangunan di Aceh tidak seimbang. Selama ini pembangunan berkonsentrasi di Pesisir Timur dan Pesisir Barat saja sementara pedalaman Aceh seperti Gayo tidak banyak tersentuh. Soal ketertinggalan ini tidak boleh lagi terjadi pada era Prabowo-Sandi nanti,” tegas Nararuddin.
Menyinggung soal Tol Laut Presiden Jokowi, Nazarudin menegaskan Pelabuhan Belawan, Langsa, Meulaboh, dan Lhouksemauwe selam ini belum mendapat perhatian.
Hal lain, lanjut Nararudin, juga pembangunan tol darat di era Jokowi baru akan dibangun tahun 2025 rencananya. Untung kita punya Gubernur Irwandi yang nekad akad membangun Tol dari Banda Aceh ke Sigli tahun depan.
“Kita optimis Indonesia dan Aceh akan lebih maju dibangun di bawah kepemimpinan Prabowo-Sandi. Indonesia harus dibangun oleh pemimpin yang cerdas, berani, berintegritas dan memiliki kepedulian untuk mengangkat nasib pribumi," pungkasnya.
Bagi Dosen pasca Sarjana Unas, DR. TB. Massa mengharapkan agar Pemerintah Prabowo Sandi, tidak mengulangi kesalahan yang sama, seperti pengalaman pemerintahan masa lalu. Relasi islam dan negara hendaknya dibangun dalam pola akomodatif-integratif. Pola antagonis justru akan memperlemah integrasi bangsa ini. Tidak mungkin negara Indonesia kuat, jika negara memusuhi atau meminggirkan umat Islam baik secara politik, ekonomi dan kultural. Diharapkan hubungan islam dan negara lebih harmonis. Hal ini sangat perpeluang, dimana Prabowo Sandi mendapat dukungan hasil itjihad ulama.
Massa menambahkan, pola relasi akomodarif-integratif islam dan negara, juga akan memberi efek kepada pada tingkat lokal, khususnya daerah istimewa aceh. Dengan demikian, pelaksanaan syariah islam di aceh bisa berkembang lebih kondunsif. Dampak jangka panjang justru semakin memperkuat integrasi nasional. Ke-binika-tunggal-ikaan harus dipandang dari perspektif NKRI yang lebih visioner, terbuka, modern, dalam semangat baru. (R/jalosi/ist/red)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar