Kapal Selam Alugoro – Indonesia, di Pusaran Kompetisi Teknologi Kapal Selam Dunia - Jalosi.net | Jalur Otoritas Informasi

Breaking

Home Top Ad

Post Top Ad

Senin, 10 Februari 2020

Kapal Selam Alugoro – Indonesia, di Pusaran Kompetisi Teknologi Kapal Selam Dunia

Jakarta, jalosi.net - Dua pertiga luas wilayah Indonesia adalah perairan, sehingga dikenal sebagai negara maritim. Mengingat karakteristik geografisnya, maka tidak mengherankan jika dari Indonesia muncul para pelaut tangguh yang memang dididik oleh nenek moyangnya sebagai pelaut. Menyadari hal tersebut, serta pentingnya perairan sebagai moda strategis dalam pemerataan dan pertumbuhan ekonomi, akhirnya Pemerintah Indonesia berkeinginan untuk mewujudkan perairan nasional sebagai poros maritim dunia. Terkait hal tersebut, pengemban fungsi pertahanan dan keamanan menjadi semakin penting. Salah satu unsur strategis yang menjadi jantung pertahanan di laut adalah kemampuan setiap negara untuk membangun basis pertahanan di bawah permukaan laut, atau yang biasa dikenal dengan sebutan kapal selam. Kapal selam bergerak di bawah permukaan air dengan kepentingan militer dan non militer, seperti  yang digunakan untuk kepentingan ilmu pengetahuan laut dan air tawar, serta untuk tugas - tugas di kedalaman yang tidak sesuai untuk penyelam manusia.

Pengamat Teknologi Pertahanan Dede Farhan Aulawi yang ditemui di Bandung, Minggu (9/2/2020) menjelaskan bahwa sejak pertama kali ditemukan pada tahun 1465, perkembangan teknologi kapal selam terus berkembang  sangat pesat. Jika awalnya hanya digunakan sebagai alat bantu menyelam di bawah permukaan air, kini menjadi alat perang paling yang sangat ditakuti karena bisa meluncurkan peluru kendali berhulu ledak nuklir. Lihat saja Seawolf Class kapal selam pemburu milik US Navy yang dibuat untuk memburu kapal selam milik Soviet saat itu. Ketika mode penyelaman ia memiliki kecepatan 20 knot di saat kapal selam negara lain hanya mampu 5 knot.

Selanjutnya Dede juga menguraikan kecanggihan pusaran teknologi masa depan kapal selam yang semakin canggih. Lompatan teknologi berbasis digitalisasi mengembangkan basis sistem automasi  pada model operasi dan kapabilitas misil balistiknya. Contohnya Virginia Class (V-Class) yang bertenaga nuklir sebagai penggeraknya, dengan kemampuan membawa 12 tabung Vertical Launcer System (VLS) yang masing-masing dilengkapi rudal serang darat Tomahawk. Begitupun dengan kapal selam milik Inggeris, Astute Class. Di samping bertenaga nuklir, juga dilengkapi dengan teknologi sensor High-End.

Lalu Rusia juga punya Graney Class, sementara Jepang punya Soryu dengan tenaga penggerak diesel-listrik. Kapal selam kelas Soryu memiliki desain hidrodinamik dan dilengkapi dengan lapisan anechoic, serta memiliki senjata torpedo 533 mm sebanyak 30 buah dan dilengkapi rudal Harpoon.

Persaingan penguasaan teknologi kapal selam ternyata tidak terhenti di situ, karena kompetisi setengah terbuka itu terus dipublikasikan ke seluruh pelosok dunia sehingga AS juga mengembangkan drone kapal selam yang mampu menjelajah di dalam laut berbulan-bulan. Drone kapal selam ini dikenal juga dengan sebutan paus besi, karena dapat dikendalikan dari jarak jauh. Drone laut ini disebut juga Extra-Large Unmanned Underwater Vehicles (XLUUVs), yang diproduksi hasil kerjasama Angkatan Laut AS dengan Boeing. Dalam terminologi militer AS sering disebut Ocra yang digunakan untuk melakukan misi pengintaian jarak jauh dan sekaligus mampu menenggelamkan kapal musuh dari jarak jauh. Ia juga dilengkapi dengan sistem navigasi inersia, sensor kedalaman, dan dapat diubah posisinya melalui GPS. Karena kecanggihannya inilah Ocra sering disebut kapal selam futuristik karena dapat menghindari ranjau, perang anti kapal selam, perang anti kapal permukaan, dan misi penyerangan cepat. Tidak uas sampai di sana, lahirlah Kapal Selam yang diberi nama USS South Dakota yang dilengkapi dua senjata utama yaitu misil balistik dan jelajah serta keunggulan lainnya.

Tak mau kalah dengan AS, Rusia pun mengembangkan kapal selam nuklir generasi keempat, Yasen dan Borey yang dapat mengarungi lautan dunia tanpa perlu mengisi bahan bakar. Desain baru untuk mempertahankan senjata paling canggih dengan biaya rendah. Tidak puas sampai disana, teknologinya terus dikembangkan agar bisa meluncur di bawah air dengan kecepatan tinggi namun tetap sunyi meskipun membawa misil dan torpedo yang sangat mengerikan. Coba perhatikan kecanggihan kapal terbaru yang diluncurkan April 2019, yaitu Belgorod atau dikenal dengan project 09852. Kapal selam ini dilengkapi 6 torpedo poseidon yang memiliki hulu ledak nuklir berkekuatan 2 megatonne yang setara dengan 2 juta TNT atau lebih dari 130 kali kekuatan bom Hirosima.

Sementara itu, Indonesia juga tidak mau hanya sekedar menjadi penonton. Hal ini dibuktikan dengan lahirnya kapal selam buatan PT. PAL bernama Alugoro 405 pada April 2019. Kapal Selam ini  dilengkapi dengan 14 torpedo yang mampu menjangkau sasaran jarak 50 kilometer. Begitupun dengan kapal selam  INS Kalvari buatan India yang dirancang agar mudah bermanufer di dalam air dengan teknologi hydrodanemik dan dilengkapi dengan Rudal SM 39 exocet dan Torpedo permukaan serta bawah laut. 

Tak mau kalah dengan perlombaan teknologi ini, Perancis pun telah melahirkan kapal selam karyanya sendiri yang bernama Le Terrible. Kapal selam ini mampu menghancurkan terget dengan 18 rudal balistik tipe M45 dengan 60 ledak termonuklir. Rudal berkekuatan 150 ton mampu menjangkau sasaran sejauh 6000 kilometer. Sebagai pelengkapnya, ia juga dilengkapi rudal exocet SM39 yang dapat menghancurkan target sejauh 50 kilometer dan torpedo ECAN L5 MOD 3 yang memiliki jangkauan 9 kilometer.

"Melihat model pengembangan strategi pertahanan berbasis kemampuan automasi alutsista, maka tidak ada pilihan lain bagi Indonesia yaitu harus memperkuat industri pertahanan dalam negerinya. Industri pertahanan strategis perlu duduk bersama untuk merumuskan futuristik teknologi untuk kepentingan pertahanan. Secanggih apapun alutsista produksi negara lain, sangat dimungkin untuk di-hack sistem pemprograman algoritmanya sehingga praktis sangat membahayakan kepentingan nasional. Belum lagi bicara ketergantungan akan suku cadang, dan lain – lainnya, "ujar Dede yang selalu menggaungkan tumbuh berkembangnya industri pertahanan yang mandiri hasil karya anak bangsa sendiri. (R/jalosi/ist/dfa/er)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Bottom Ad