Kasus DBD di Belitung Timur Meningkat - Jalosi.net | Jalur Otoritas Informasi

Breaking

Home Top Ad

Post Top Ad

Kamis, 25 Oktober 2018

Kasus DBD di Belitung Timur Meningkat



Foto/Herlina Kepala Seksi P2M Dinkes Belitung Timur/ist/diskominfobelitungtimur
Belitung Timur, jalosi.net - Jumlah kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupataten Belitung Timur meningkat dalam Bulan Oktober 2018 ini. Tercatat, sudah tiga kasus yang dialami oleh warga di Desa Lalang Jaya dan Lalang Kecamatan Manggar.

Jumlah itu meningkat dari bulan-bulan sebelumnya yang hanya mencapai satu atau dua kasus per bulan. Diduga masih banyak jentik nyamuk DBD yang belum sempat dimusnahkan.

Kepala Seksi Pemberantasan Penyakit Menular (P2M) Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (DKPPKB), Herlina mengatakan kasus DBD di Desa Mekar Jaya dan Lalang harus jadi perhatian dan kewaspadaan warga. Mengingat beberapa bulan sebelumnya terjadi kasus yang sama di dua daerah tersebut.

“Kasusnya berulang di daerah Kampung Gunung (Desa Lalang Jaya) dan Sekip (Desa Lalang). Soalnya di lokus (daerah) itu bulan lalu sudah kita fogging, tapi kasus DBD-nya muncul lagi,” jelas Herlina Rabu (24/10/2018).

Herlina yang didampingi Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Supeni menekankan, seharusnya saat dilakukan pengasapan atau fogging, kasus DBD tidak boleh terulang di suatu wilayah. Sebab menurutnya, fogging berfungsi untuk memutus mata rantai virus DBD pada nyamuk Aedes Aegypti.

“Dak boleh ada lagi timbul kasus baru di tempat yang sama, berarti virusnya masih ada di situ. Kemungkinan besar ini karena jentik-jentiknya belum semuanya diberantas,” kata Herlina.

Fogging Bukan Solusi Efektif Berantas DBD

Meski belum sampai dinyatakan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) atau ada korban yang meninggal dunia, namun kewaspadaan dan kepedulian masyarakat khususnya di daerah yang terdapat kasus DBD harus lebih ditingkatkan. Pemerintah Desa hendaknya perlu mengajak masyarakat untuk menggalakkan kerja bakti membersihkan lingkungan.

“Harusnya begitu ada kasus DBD, warganya langsung inisiatif kerja bakti. Soalnya kalau hanya mengandalkan fogging itu hanya akan membunuh nyamuk dewasa saja, tapi bukan jentiknya,” ujar Supeni.

Diakui Supeni kebanyakan masyarakat lebih suka dilakukan fogging dibanding kerja bakti membersihkan lingkungan. Bahkan permintaan fogging dari masyarakat akan melonjak begitu masuk musim pancaroba.

“Sudah banyak yang minta fogging dengan kita, tapi itu bukan solusi yang efektif untuk berantas DBD. Fogging hanya dilakukan begitu ada kasus, tapi bukan untuk mencegah,” jelas Supeni.

Selain akan menyebabkan ganguan pernapasan dan penyakit kronis lainnya, terlalu sering melakukan fogging juga akan menyebabkan nyamuk jadi kebal terhadap pestisida.

“Kalau sering-sering dilakukan fogging nyamuk bisa kebal. Mereka dapat beradaptasi, makanya fogging adalah opsi terakhir yang kita lakukan,” kata Supeni.

Mantan Kepala Bidang Kearsipan Dinas Perpustakaan Daerah itu pun mengajak masyarakat kembali menggalakan Pemberatasan Sarang Nyamuk melalui Gerakan 4 M plus. 4 M Plus artinya menutup, menguras, mengubur tempat penampungan air yang tidak terpakai, serta memantau jentik nyamuk seminggu sekali.

“Plus di sini artinya menghindari gigitan nyamuk dengan menggunakan anti nyamuk, memanam tanaman pengusir nyamuk melakukan lavasidasi dan menggunakan kelambu,” tukas Supeni. (R/jalosi/smb/fbdiskbl)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Bottom Ad